Selasa, 19 Agustus 2014

Tentang Penulis









Edi Sutrisno.


Bagi pria kelahiran Lampung 15 Januari 1974 ini, menulis adalah nafas hidupnya. “Kalau tidak menulis ya tidak makan.” Begitulah, Edi memang telah me-metamorfosis-kan aktifitas menulisnya dari semula hobi menjadi kebutuhan hidup.

Sejak memensiunkan diri dari profesi kewartawanan di tahun 2003, suami Rimna Sari Bangun ini mantap bergelut di ranah kepenulisan dan penerbitan. Meski tidak mudah, ia belum mau berpaling menekuni bidang lain. “Rezeki saya di sini kali ya,” kata pria yang berobsesi kuat menerbitkan empat buku dalam setahun ini.

Sejak mendirikan Batam Link Publisher (BLP), Edi telah menelurkan karya dan menerbitkan sederetan buku di antaranya: Directory Batam 2003, DPRD Batam Periode 2000-2003, Sebuah Goresan Sejarah, Biografi H Raden Sulaiman, Mengabdi Tiada Henti, Batam Property Directory 2005-2006, PBN, Two Decade of Growth, Menuju Masyarakat Sejahtera, Agenda Ismeth Abdullah untuk Kepri, Tionghoa Batam: Dulu dan Kini, Enam Tahun PT PLN Batam, Direktori Properti Provinsi Kepulauan Riau 2007, 35 Tahun Otorita Batam, Bercermin Sejarah Menyongsong Batam Masa Depan, 110 Tokoh Berpengaruh di Batam (1971-2007) Kadin Tanjungpinang Business Directory 2006-2007, Riau Islands Business Directory 2006-2007, Yuk ke Batam, An Essential Batam Guide. Buku lainnya, Rekam Jejak Batam Tempo Doeloe tengah dalam proses pencetakan.

Subhan Hartono

Subhan Hartono
Pengusaha

Saya sudah 20 tahun mengenal saudara Joki Muchajar yakni sejak bekerja di Otorita Batam. Menurut saya, dia sosok profesional yang dapat melayani siapa saja tanpa pandang bulu dan tidak pernah menyusahkan orang. Sebagai perencana, dia peduli dengan lingkungan. Sejak 20 tahun lalu, dia sudah punya ide untuk membangun rusun, dan itu sudah bisa diwujudkan seperti pembangunan rusun Winshor Flat dan Nagoya Garden I. Dalam bekerja, saudara Joki juga tidak pernah macam-macam. Saya kira, untuk ke depan, Batam masih memerlukan sosok planner seperti dia yang kaya ide dan berpengalaman. Selama bergaul dengannya, saya tidak pernah mendengar ada orang yang menjelek-jelekkan dia. Selain baik, kenalannya banyak. Dia memang memang pandai menempatkan diri, mampu memilah-milah bagaimana harus bersikap ketika dihadapkan persoalan antara pekerjaan dengan pergaulan sehari-hari.

H. Saidul Kudri





H. Saidul Kudri
Anggota DPRD Kepri 2004-2009

Sebagai putra daerah saya merasa bangga dan senang berteman dengan seorang Joki Muchajar. Itu karena selain orangnya baik, Joki memiliki komitmen yang tidak diragukan untuk Batam dan Kepulauan Riau. Sikapnya itu mencerminkan pepatah di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Selama menjadi pejabat pun, dia tidak mencerminkan birokrat yang angker. Maksudnya, dia tak memposisikan dirinya sebagai pejabat penting. Dengan siapapun, selalu bersikap apa adanya. Ketika kini tak lagi duduk di struktur pemerintahan pun, sikapnya tetap demikian. Tidak ada yang berubah. Kelebihan seorang Joki lainnya menurut saya adalah pergaulannya yang luas. Intinya, dia itu perpaduan antara seorang birokrat pekerja keras dengan sosok bersahaja yang membumi.

Ir Wendy Aritenang






Ir Wendy Aritenang
Deputi Administrasi Otorita Batam 1998-2003

Joki Muchajar adalah seorang planolog senior yang sangat mengerti Batam karena sejak awal terlibat intens dalam penyusunan masterplan pulau ini. Ia sosok profesional yang mumpuni dan tenaganya sangat dibutuhkan Otorita Batam, terutama dalam hal perencanaan. Sewaktu sama-sama masih bekerja di Otorita Batam, hubungan kerjasama saya dengan Joki, terjaga dengan baik. Bagi saya, Joki merupakan partner kerja yang selalu siap membantu dengan pemikiran dan pertimbangan yang ilmiah dan akademis. Dengan sendirinya, banyak pekerjaan-pekerjaan saya yang terbantu olehnya. Saya sudah mengenal Joki sejak lama. Karena itu, di luar urusan kerja, pertemanan saya dengannya terjalin baik. Dengan sesama pegawai Otorita Batam, baik yang lama maupun baru, ia juga selalu menjaga pertemanan. Intinya, ia memang supel dan mudah bergaul dengan siap saja.

Mariana Dahlan

Mariana Dahlan
Mantan Pegawai Otorita Batam

Pak Jokie Muchajar itu menurut saya orang yang serius dalam bekerja. Komitmennya tinggi dan termasuk tipikal pemimpin yang baik. Jujur dalam bersikap dan tidak pernah neko-neko. Itu kesan mendalam yang dapat saya tangkap selama bertahun-tahun bekerja dalam satu tim bersama beliau di Otorita Batam. Orangnya juga mudah diajak kerjasama sehingga setiap pekerjaan yang kami pikul menjadi ringan dan berjalan baik. Di luar urusan kerja, kami juga berteman dekat. Kompak, sudah seperti saudara. Kelebihan lain dari sosok Pak Joki adalah kepeduliannya akan kemajuan pembangunan Batam. Terhadap Budaya Melayu, beliau juga respek. Satu contoh kecilnya ya biarpun beliau asli orang Jawa Barat, tapi koleksi baju Melayunya lumayan banyak, tidak kalah dengan orang Melayu sendiri.

Andi Ibrahim

Andi Ibrahim
Pengusaha, Anggota DPRD Batam periode 2000-2005

Dengan Ir Joki Muchajar saya sudah kenal lama, sejak ia bekerja di Otorita Batam tahun 1980-an. Di masa-masa awal pembangunan Batam itu, ia cukup memberi kontribusi sesuai dengan keahlian dan pengalamannya yakni di bidang perencanaan. Sebagai kontraktor pada masa itu, tentu saja saya banyak berhubungan dengannya untuk urusan pekerjaan. Tapi di luar itu, saya juga selalu menjalin silahturahmi dengannya. Saya kenal cukup dekat dengannya. Ia sosok yang ramah dan punya banyak teman. Kemudian dalam bekerja, Joki itu orangnya tekun, baik dan bertanggungjawab. Selama ini, ia juga banyak membantu, terutama sumbangsih pemikiran terhadap lembaga pendidikan yang kami kelola bersama-sama dengan teman-teman seperjuangan. Pendek kata, kepeduliannya terhadap dunia pendidikan di Batam cukup besar.

Eddy Hussy





Eddy Hussy
Pengusaha

Hingga sekarang, kurang lebih 13 tahun sudah saya mengenal Ir. Joki Muhajar. Selama itu pula, saya menjalani hubungan baik dengannya. Tapi kami makin akrab dan sering bertemu ketika beliau menjabat sebagai Kepala Biro Perencanaan Otorita Batam. Secara umum saya dapat sampaikan bahwa Joki Muchajar itu orang yang cukup serius menangani pekerjaan yang diembannya. Pemikiran serta visinya jauh ke depan, terutama mengenai perencanaan yang memang jadi keahliannya selama ini. Karena itu, saya berpikir, sosok sepertinya adalah aset yang harus dimanfaatkan untuk kemajuan Batam. Di masyarakat, ia cukup dikenal dan tampaknya bisa diterima di berbagai kalangan. Kalau dari sisi pertemanan, selama dekat saya melihat Joki itu orang yang pintar, suka bergurau dan pandai bawa diri. Ia juga sosok yang agamis, taat beribadah.

Ahmad Mipon, SE





Ahmad Mipon, SE
Pengusaha


Saya mengenal Joki Muhajar sejak tahun 1998. Menurut saya, Joki adalah orang yang ulet, gigih dan pantang menyerah. Sosoknya santun, pembawaannya tenang, sabar. Sama sekali jauh dari kata meledak-ledak atau menggebu-gebu. Ia pekerja keras. Kalau kerja tak kenal waktu. Saya kerap kerap mendapatinya bekerja sampai malam, ketika masih bekerja di Otorita Batam. Itulah beberapa karakter serta sikap seorang Joki yang saya anggap jadi titik poin pembeda dirinya dengan public figure lain yang ada di Kota Batam ini. Komitmen Joki untuk masyarakat juga saya lihat cukup besar meski ia tak lagi menjabat di jabatan struktural pemerintahan. Di bidang politik berbagai upaya yang dilakukannya selama ini memang belum berhasil. Tapi saya percaya, satu masa Dewi Fortuna akan berpihak kepadanya. Sehingga, dengan bekal kemampuan serta pengalamannya, ia dapat makin memberikan kontribusi bagi kemajuan Batam.

H. Saptono Mustakim





H. Saptono Mustakim
Wakil Bupati Lingga

Sebagai ahli di bidang perencanaan, menurut saya Joki Muchajar merupakan sosok pekerja keras yang komit di bidang keahliannya. Hal itu sudah ditunjukkan selama mengabdi di Otorita Batam. Hanya disayangkan, keahlian serta pengalamannya yang mumpuni belum sepenuhnya dapat diaplikasikan secara maksimal lantaran ia tidak ditempatkan di posisi yang tepat. Dalam menjalankan tugas, sepanjang saya mengenalnya sejak bekerja di Otorita Batam, Joki tak kenal lelah. Apa-apa yang dikerjakannya, mengalir begitu saja seperti air. Ia tipikal orang serius tapi santai. Di berbagai bidang, termasuk kancah politik, Joki saya anggap sebagai figur yang layak di kedepankan. Makanya pada saat pemilihan walikota tahun 2000, tanpa ragu-ragu saya menyokong penuh dirinya untuk ambil bagian menjadi kandidat wakil walikota Batam. Cuma sayang, waktu dan kesempatan agaknya belum berpihak kepadanya. Tapi demikian, dengan apa yang sudah dilakukannya selama ini, sosok Joki bagi saya sudah memberi warna bagi perjalanan birokrasi dan politik di Kota Batam.

Ny Sri Soedarsono




Ny Sri Soedarsono
Tokoh Perempuan

Joki Muchayar itu sudah lama saya kenal, sejak tahun 1978-an. Sewaktu almarhum suami saya Pak Dhar menjabat sebagai Kabalak Otorita Batam, Joki termasuk salah satu tim di bagian perencanaan yang turut andil besar dalam pembangunan Batam di masa perintisan. Yang saya lihat, selama bekerja di Otorita Batam, Joki orangnya tekun. Bisa dipercaya dan bertanggungjawab. Kapanpun diperlukan bapak, dia akan siap membantu. Pokoknya, dalam hal pekerjaan, dia termasuk sosok pekerja keras yang bisa dicontoh generasi muda. Perlu juga patut dicatat, Joki itu tidak pernah lupa sama orang tua. Itu yang membuat saya salut. Jaman sekarang ini jarang yang bisa seperti dia. Biasanya kalau sudah sukses dan karir menanjak, lupa dengan yang sudah tua-tua. Sampai kini pun, saya tetap jalin komunikasi dengan dia, termasuk juga istrinya Ir Emmy Aviastuti. Ya, keduanya sudah saya anggap seperti anak sendiri.

Zulkarnaen Kadir

Zulkarnaen Kadir
Mantan Pegawai Otorita Batam

Selama dekat dengan Joki Muchayar, saya mengenalnya sebagai pribadi berpembawaan tenang. Dalam menghadapi persoalan, ia sama sekali tidak menunjukkan sikap meledak-ledak atau ber-hot tempered. Ketenangannya inilah, menurut saya menjadi salah satu ciri khasnya yang menonjol. Karakternya itu tidak saja ditunjukkan dalam pekerjaan, tetapi juga dalam pergaulannya sehari-hari. Joki juga dalam berinteraksi dengan rekan atau siapapun itu, cenderung rileks dan suka guyon. Ini menjadikan dia disenangi banyak orang dan pergaulannya pun jadi luas. Urusan kerja, selama bekerjasama dengannya bertahun-tahun di Otorita Batam, saya dapat menyaksikan benar kalau dia itu sosok pekerja keras serta konsisten dengan pekerjaannya. Dan saya boleh katakan bahwa dengan pengabdiannya yang konsisten, loyal, berpuluh tahun di Otorita Batam, Joki bisa dimasukkan sebagai salah satu figur pionir yang berjasa membangun Batam.

Daniel Burhanuddin






Daniel Burhanuddin
Pelaku Usaha

Joki Muchayar adalah sosok yang helpful. Itu kesan mendalam yang saya peroleh selama bersahabat dengannya. Kalau menolong orang, dia itu mengesampingkan yang namanya vested of interest. Menolong dalam arti sebenar-benarnya menolong. Dan terhadap setiap masalah yang timbul, saat bekerjasama dengannya, dia selalu bisa diajak tukar pendapat untuk mencari jalan keluar. Bergaulnya juga luas dan dia cukup dikenal masyarakat, karena pengabdiannya yang sudah puluhan tahun di Otorita Batam. Yang juga menjadi kekhasannya, dia mau mendengar lalu mempertimbangkan pendapat orang lain. Di bidang politik, terus terang pada waktu pemilihan walikota Batam definitif pada tahun 1999, saya berharap dia bisa terpilih. Hanya saja agaknya nasib belum berpihak kepadanya. Kalau saja terpilih, saya yakin dia akan memberi warna yang berbeda pada pembangunan Batam. Itu semua tidak lain karena selama ini dia sudah menunjukkan sebagai figur birokrat yang bervisi, professional dan berpengalaman.

Edi Sihite




Edi Sihite

Pelaku Usaha

Dengan Joki Muchayar, pertama kali saya bertemu sekitar tahun 1978. Saat itu saya tengah membangun jembatan penghubung di sekitaran Bukit Nagoya. Dia datang bersama dengan alm Mayjend (Purn) Hernomo, alm Ir Roediono dan beberapa staf Otorita Batam. Sejak pertemuan itu, saya menjadi akrab dengannya. Selain dengannya, saya juga berhubungan baik dengan alm Ir Lagut Muluk, yang memang kebetulan sahabat kental Joki, karena sama-sama bekerja di bagian perencanaan Otorita Batam. Kesan yang saya tangkap, Joki orangnya enak diajak bicara. Gampang bergaul. Yang menonjol, sebagai birokrat, dia itu tidak pernah mempersulit persoalan. Tidak banyak cengkonek lah!. Apa yang bisa dia bantu, dia pasti akan bantu. Terus, karena dia suka dengan sepakbola seperti saya, kalau lagi ada pertandingan dengan tim yang terdiri para staf Otorita Batam saya sering bermain dengannya. Kalau lagi main, dia itu sering keki, karena meski saya lebih tua, kalau saya lagi gocek, dia dan kawan-kawannya susah merebut bola. Sebaliknya, kalau dia lagi asyik menggiring bola, sebentar saja bolanya sudah ada di kaki saya lagi!

Ahars Sulaiman, SH




Ahars Sulaiman, SH
Wakil Ketua DPRD Batam 2004

Joki Muchayar itu dari sudut pandang saya merupakan sosok birokrat yang profesional di bidangnya. Ia sangat menghargai profesi serta konsisten dengan apa yang menjadi pekerjaan serta tugasnya. Dan itu sudah ditunjukkannya selama mengabdi puluhan tahun di Otorita Batam dan Pemprov. Hanya, karena saking sibuknya, ia dulu nyaris tidak punya waktu untuk urusan di luar pekerjaan. Tapi demikian, pergaulannya bagus, luas. Ia dikenal dan mengenal banyak kalangan. Dalam bergaul, ia juga tanpa pamrih, tak segan-segan membantu kawan. Di ranah politik, potensi seorang Joki sebenarnya besar. Tapi karena dulu waktunya banyak tersita untuk pekerjaan, potensi itu belum mendapatkan hasil maksimal. Kini, dengan memasuki masa pensiunnya, saya pikir waktunya bagi dia untuk konsentrasi lebih jauh di bidang ini. Dengan akses serta pergaulannya yang luas, saya yakin dia akan beroleh kesempatan yang juga luas, untuk makin bisa mengabdikan diri bagi kepentingan masyarakat.

Wikana Fattah






Wikana Fattah
Pensiunan Pegawai Pertamina Batam

Sosok Joki Muchayar itu rasanya sudah familiar, cukup dikenal orang, terutama orang yang sudah lama menetap di Batam. Saya sendiri mengenal Joki, sejak tahun-tahun awal dia bekerja di Otorita Batam. Orangnya, menurut saya supel. Kooperatif, mudah diajak kerjasama. Meski berasal dari kalangan mampu, dia juga tidak sombong dan pandai bergaul. Dalam bergaul, seingat saya dia tidak pernah menyakiti, menghina atau merendahkan orang. Pembawaannya juga santun, tidak meledak-ledak. Dia termasuk pegawai Otorita Batam yang berpendidikan tinggi dan cakap dalam menjalankan tugas. Istrinya, yang juga sama-sama berkarir di Otorita Batam, tampaknya juga mendukung penuh pengabdiannya sebagai PNS. Karenanya, tak heran bila sepanjang karirnya di Otorita Batam hingga Pemprov, tenaga, pikiran dan keahliannya selalu dibutuhkan. Intinya, dia senantiasa mendapat peran dan posisi penting di manapun berada selama mengabdi jadi PNS.

AA Sony



AA Sony
Anggota DPRD Kota Batam

Saya berteman baik dengan Joki Muchayar sejak tahun-tahun awal saya bekerja di Otorita Batam. Dari pertemanan saya dengan dia, kesan mendalam yang saya tangkap, dia itu sosok yang low profile. Apa adanya. Dalam bergaul ia tidak memandang latarbelakang siapa temannya itu. Dengan saya, meski waktu itu dia sudah mendapat jabatan yang tinggi, dan saya hanyalah seorang ajudan, dia tetap bergaul baik. Kepada teman, ia cukup solider dan tidak segan-segan memberi pertolongan jika dibutuhkan. Dalam menjalankan pekerjaan, Joki adalah orang yang concerned dengan disiplin ilmu yang dimilikinya. Dia adalah profesional yang sangat dibutuhkan Otorita Batam, apalagi pada masa awal pembangunan, Batam memerlukan insinyur-insinyur yang lebih kurang memiliki kapabilitas sepertinya. Pendek kata, Batam sampai di masa hadapan, tetap akan terus membutuhkan para profesional yang cakap dan ulet, seperti yang sudah ditunjukkan seorang Joki saat mengabdi di Otorita Batam.

H. Raden Sulaiman





H. Raden Sulaiman
Tokoh Masyarakat Kepri

Saya mengenal Joki sudah puluhan tahun, sejak pertama dia datang ke Batam dan menjadi pegawai Otorita Batam. Hubungan saya dengan dia makin dekat karena selain sama-sama orang Sunda, sewaktu saya masih memimpin DPD Golkar Batam, dia termasuk salah satu pegawai Otorita Batam yang ikut aktif membesarkan Golkar. Di Otorita Batam sendiri, dia termasuk salah satu insinyur yang memiliki peranan dan kedudukan penting. Apalagi pada masa awal pembangunan Batam, jumlah insinyur bisa dihitung dengan jari. Dengan apa yang dicapainya selama mengabdi sebagai PNS, saya pribadi selaku orang tua turut gembira dan bangga dan berharap di masa mendatang karirnya terus meningkat. Kalau berbicara soal karakter, dari kacamata saya, Joki itu, seperti orang Sunda kebanyakan, orangnya suka guyon, pandai bergaul. Ke mana saja dia bisa diterima. Dia juga termasuk sosok agamis yang kalau di Paguyuban Warga Pasundan Batam merupakan figur yang tidak asing lagi.

H. Usman Draman





H. Usman Draman
Mantan Wali Kota Pertama Batam

Saat menjabat sebagai Walikota Batam pada periode 1980-an, hubungan antara Otorita Batam dengan institusi yang saya pimpin terjalin baik. Dalam banyak hal untuk menangani berbagai persoalan yang muncul saat itu, termasuk masalah sosial dan kemasyarakatan, kami bahu membahu mengatasinya dengan Otorita Batam. Nah, dalam koordinasi dengan pihak Otorita Batam itulah saya mengenal sosok Joki Muchayar. Posisinya waktu itu seingat saya cukup penting, masuk dalam jajaran tim inti di Otorita Batam. Dan sepanjang yang saya tahu, Joki itu pekerja yang tekun. Loyal. Tidak neko-neko dan mahir di bidangnya. Orangnya juga santun, hormat kepada siapa saja tanpa pandang bulu. Karena itu, pergaulannya juga kelihatannya cukup luas. Di kalangan atas dia tidak masalah, demikian juga di strata bawah.

Sam Un Rasyid




Sam Un Rasyid
Pensiunan Pegawai Otorita Batam

Di masa perintisan, Batam membutuhkan insinyur-insinyur yang cakap untuk membangun pulau ini. Hingga tahun 1978-an, sebagai mesin penggerak roda pembangunan, Otorita Batam hanya memiliki insiyur kurang dari sepuluh orang. Satu di antaranya adalah Ir Joki Muchayar. Dengan insinyur yang satu ini, saya tergolong dekat. Pertama kali dia menjejakkan kaki di pulau ini, sayalah yang waktu itu bertugas di Bagian Survei dan Pengukuran Lahan, ditugaskan menjemputnya di Pelabuhan Sekupang, kebetulan saat itu dia datang bersama dengan Bapak Hernomo, Wakil Ketua Otorita Batam. Sejak itu, pertemanan saya dengannya terjalin akrab, baik menyangkut dinas maupun di luar urusan kerja. Hubungan ini terjalin sampai kini, ketika kami sama-sama tak lagi mengabdi di Otorita Batam. Selama di Otorita Batam, saya banyak menimba ilmu darinya. Joki menurut saya adalah sosok pekerja keras. Dia termasuk pribadi ulet yang amat sibuk dengan pekerjaannya. Tapi demikian, pergaulannya luas,dekat dengan banyak kalangan. Gabungan dua karakter itulah yang membuatnya, menjadi sosok penting Otorita Batam, baik semasa perintisan membangun Batam hingga di akhir pengabdiannya.

Bagian Enam: Mereka Tentang Joki


Suka Duka Menjadi Seorang Planner

Sebagai seorang planner yang telah bekerja puluhan tahun, Anda tentu memiliki segudang pengalaman. Bisa diceritakan seperti apakah itu?

Sebenarnya seorang planner, posisinya sama dengan profesi yang terkait dengan bidang jasa lainnya, misalnya seorang polisi. Ia tidak akan dicari keberadaannya, kalau tidak muncul permasalahan. Kalau kondisi lingkungan kita aman saja, tidak ada maling atau lalu lintas lancar alias tidak macet, tentu kita tidak perlu mencari polisi. Tapi sebaliknya, kalau hal itu terjadi, orang akan langsung mencari-cari, mana sih polisinya? Demikian juga halnya dengan planner, misalnya saat kondisi lalu lintas berjalan lancar dan nyaman, orang tidak akan bertanya-tanya mengapa hal itu bisa terjadi. Paling-paling yang ditanya siapa ya yang membangun? Tapi kalau muncul masalah seperti banjir atau jalan tersendat, baru muncul seabrek pertanyaan; Bagaimana sih dulu merencanakannya, apa perencananya tidak menghitung perkiraan ke depan, dll

Dalam aplikasinya, kerap kali ditemui bahwa suatu perencanaan itu dengan pelaksanaannya tidak berjalan seiring. Bagaimana menurut pendapat Anda?

Sejalan dengan sifatnya, perencanaan pada hakekatnya dapat dikerjakan seorang diri. Meskipun untuk planner, khususnya urban planner, biasanya dikerjakan secara tim, karena melibatkan berbagai aspek dalam perancangannya. Jamak diketahui, realisasi suatu perencanaan itu tentunya tidak dapat dikerjakan secara sendiri. Banyak pihak yang terlibat di sini, seperti policy maker, anggaran, kontraktor, pengawas, dll. Kondisi lapangan terbaru pada saat rancangan akan dilaksanakan pembangunannya pun, sering kali berubah, tidak sepadan dibanding pada saat perencanaan disusun.



Di satu sisi, karena perencanaan itu bisa juga dilakukan sendiri, menyebabkan orang atau individu merasa “saya juga bisa merencanakan.” Ini kemudian bisa menjadi persoalan karena pada hakekatnya perencanaan itu bagaimanapun tetap melibatkan banyak komponen. Dan dalam aplikasi perencanan dan pelaksanaannya itu, semestinya terintegrasi dengan apa yang sudah jadi pedoman atau garis besar rancangan awal. Karena bila tidak akan berakibat pada output yang dihasilkan oleh suatu perencanaan yang dibuat secara menyeluruh. Semua orang kan mengerti, setiap individu itu jelas membawa atau memiliki interest atau kepentingan yang berbeda-beda.





Itu intinya berarti perencanaan itu harus dilakukan secara tim dan saling berintegrasi?




Dengan sifatnya sebagai tim, sesungguhnya para planner itu tengah menjalankan amanah orang, dari berbagai disiplin ilmu dan profesi. Sebagai contoh, untuk menyusun rencana suatu kota, harus melalui kajian dalam bentuk seminar terbuka. Ini dilakukan untuk menampung aspirasi semua golongan masyarakat, yang semuanya akan dituangkan secara garis besar dalam kegiatan perkotaan atau urban activities berupa wisma (perumahan), karya (pekerjaan dan tempat kerja), marga (transportasi), suka (rekreasi/olah raga). Kadang-kadang, meskipun secara kaidah sudah terdapat dalam salah satu pertimbangan kegiatan tersebut di atas, sebagian perencanaan menambah dengan ‘penyempurna,’ yakni fasilitas umum, sosial, kesehatan, perekonomian, dll. Semua kegiatan itu disinkronisasikan dalam bentuk dan struktur ruang kota yang satu dengan lainnya saling ketergantungan dan saling mempengaruhi. Sehingga apabila terjadi perubahan, di satu sisi akan berdampak kepada sisi yang lain.
  
Bisa diberikan contoh seperti apa itu riilnya?

Misalnya ya peningkatan jumlah penduduk yang membutuhkan perumahan, akan meningkatkan kebutuhan jaringan jalan dan kebutuhan ruang untuk tempat mereka bekerja. Contoh lain yang sedikit ekstrim adalah merubah peruntukan ruang dengan satu kegiatan, misalnya untuk komersial. Ini sudah tentu akan meningkatkan daya tarik traffic dari dan ke tempat tersebut.
  
Akibatnya, ya tentunya harus mengubah rencana sirkulasi/jaringan jalan yang disusun terdahulu. Secara ilustratif sederhana bisa diambil contoh pada rencana sirkulasi lalu lintas di sekitaran Batam Center. Sebenarnya, sesuai rencana, di areal itu menggunakan sistim parkir umum atau public parking.



Tetapi karena rencana awal tidak diikuti secara benar dan konsisten, mengakibatkan sejumlah ruas jalan di sana, seperti di depan Gedung Kantor Pos terasa sempit lantaran para pengguna jalan memakirkan kendaraannya di sepanjang jalan tersebut.


Berkaca pada kondisi tersebut, sudah tentu ini mengakibatkan posisi planner itu dilematis?

Memang pemahaman perubahan yang saling kait mengkait itu merupakan kesulitan tersendiri bagi para planner, terutama dalam hal memberi argumen serta keyakinan kepada policy maker maupun pelaku pembangunan lainnya. Sehingga harus diakui kalau ‘nasib’ planner sering berhadapan dengan kondisi dilematis. Kesannya, yang sering muncul di benak kedua pihak tersebut, planner itu kaku dan tidak fleksibel.

Pada dasarnya, fungsi suatu ruang itu bukan tidak bisa tidak diubah mengikuti atau sesuai kebutuhan dan perkembangan. Tapi memang harus dilakukan kajian secara menyeluruh serta perubahan lainnya juga dilaksanakan pembangunannya, secara periodik. Kemudian, harus dilakukan evaluasi paling lama lima tahun sekali, untuk menyesuaikan kembali ke arah goal yang semula disusun dalam master plan.

Dalam perencanan satu wilayah, kerap didengar istilah social lag dan physical lag, bisa dijelaskan?

Memang dalam pembangunan satu kota atau wilayah harus ada perencanaan matang yang melibatkan seluruh komponen atau public participant. Itu mutlak, karena bila tidak, akan muncul apa yang disebut social lag serta physical lag. Social lag itu adalah kondisi di mana masyarakat tidak mampu bergerak atau berpacu dengan perkembangan modernitas. Contoh kecilnya, sebagian besar masyarakat tidak bisa memanfaatkan serta menjaga keindahan sebuah taman kota yang memang sudah didisain dan dibangun dengan konsep keindahan dan kenyamanan tinggi, dengan membuang sampah sembarangan, mencorat-coret serta merusak fasilitas taman yang tersedia. Sebaliknya, phiysical lag itu lebih condong pada kondisi di mana suatu wilayah atau kota, tidak mampu berdiri dan tumbuh, terutama secara phisik, mengimbangi perkembangan mobilitas masyarakatnya. Contoh mudahnya adalah ketiadaan sarana transportasi kota yang memadai. Masyarakat terpaksa mengandalkan bis kota yang sudah usang dan tidak laik jalan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Ditambah lagi kondisi jalan yang rusak, sempit dan kemacetan di sana-sini.

Social lag dan physical lag itu pada dasarnya dapat dihindari atau paling tidak diminimalisasi apabila semua komponen, baik itu pemerintah maupun masyarakat memiliki visi bersama yang diformulasikan dalam bentuk rencana tata kota yang terintegrasi. Di mana, kedua belah pihak saling melengkapi dan mendukung serta konsisten menjalankan apa-apa yang sudah menjadi kesepakatan bersama tersebut.

Menurut Anda, bagaimana idealnya hubungan antara policy (decision maker) dengan para planner?

Begini, kita boleh belajar dari Mayors Institute on City Design (MICD) yang dibentuk di Amerika Serikat pada 23 Oktober 1986. Institut ini beranggotakan para arsitek dan perancang kota seluruh Amerika Serikat dalam membangun kota masing-masing. Pembentukan MICD sebenarnya berawal dari pemikiran pendirinya, Wali Kota Charleston Joseph P Riley Jr, bahwa seorang wali kota sebenarnya adalah kepala perancang kotanya sendiri. Memang, dalam aplikasinya, walikota harus didampingi oleh tim perancang kota dan tim ekonomi yang dapat memberi arahan dan strategi dalam pengembangan kota. Proses pendampingan dapat juga dilakukan melalui institusi akademik, konsultan perancang kota, atau melalui arsitek lokal dengan melalui riset terlebih dulu. Kalau ini dapat diaplikasikan di Indonesia, sudah tentu para planner dapat tersenyum lega. Karena di sinilah sebenarnya letak bagaimana seorang planner itu bisa merasakan suka dan bangga dalam menjalani profesinya.

Sejak kuliah, Anda bercita-cita menjadi seperti Kenzo Tangge yang dikenal berhasil menyusun Plan of Tokyo?


Ya memang begitu. Sejak dulu saya selalu bercita-cita dan berazam menjadi seperti Kenzo Tangge yang sudah terbukti mampu menyusun Plan of Tokyo dengan sempurna. Tapi jangankan menyamai Kenzo Tangge, menyusun Joki Plan of Batam saja, agaknya sudah jadi sesuatu yang amat sulit direalisasikan..ha..ha..


Bagian Lima: Quo Vadis Batam 2030





Batam dalam Konstelasi Provinsi Kepulauan Riau



Memasuki dekade ke-empat pembangunan, Batam telah berkembang pesat menjadi sentra kawasan industri, perdagangan, alih kapal serta pariwisata yang terkemuka di tanah air. Letak geografis yang strategis, serangkaian kebijakan khusus dari pemerintah pusat serta tentunya dukungan penuh dari segenap masyarakat, memang tak dipungkiri menjadikan perkembangan pembangunan di wilayah ini bergerak lebih dinamis dibanding dengan wilayah lain di Indonesia.

Batam memiliki peran penting dan diakui bahwa secara ekonomis merupakan pendorong bagi percepatan pembentukan Provinsi Kepulauan Riau. Ketika provinsi ini telah terbentuk dan kini memasuki tahap pembangunannya, peran Batam bersama Rempang dan Galang, menjadi makin penting. Tidak saja dari segi ekonomi, tapi juga dari prespektif sosial dan politik. Meski secara phisik, Batam bukanlah ibukota provinsi atau sentra administrasi pemerintahan.

Mengingat akan hal itu, sudah sepatutnya fungsi dan kedudukan Batam ditentukan dalam rencana struktur tata ruang Provinsi Kepulauan Riau, berkoneksi dengan penentuan fungsi dan kedudukan wilayah kota dan kabupaten lain yang masuk dalam wilayah provinsi ini. Dalam struktur tata ruang itu, fungsi Batam sebagai kota industri, perdagangan, alih kapal serta sentra pariwisata tetap dipertahankan. Sembari itu, pemerintah provinsi harus terus berupaya mendorong peningkatan daya saing Batam, melalui berbagai upaya seperti penciptaan iklim usaha yang sehat, penegakkan hukum yang transparan serta maksimalisasi pelayanan kepada para investor. Penerapan FTZ di wilayah Batam, Bintan dan Karimun (BBK), juga merupakan upaya nyata untuk pemerataan pembangunan yang berkesinambungan.

Perlu disadari, penguatan fungsi dan kedudukan Batam ini pada hakekatnya ditujukan bagi upaya mendorong percepatan pertumbuhan pembangunan di kota dan kabupaten lain dalam lingkup Provinsi Kepri. Adalah tidak mungkin membiarkan sentralisasi kekuatan ekonomi, politik serta sosial, bertumpu pada Batam semata. Konsekwensinya terlalu besar dan hanya akan membawa Batam menjadi the primate city. Kota makan kota. Penerapan fungsi utama kabupaten dan kota di Provinsi Kepulauan Riau ini diibaratkan rumah besar yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri seperti ruang tamu, ruang tidur, ruang makan, keluarga, dapur, termasuk gudang sekalipun.
  
Untuk memformulasikan struktur tata ruang Provinsi Kepri yang secara geografis memiliki wilayah laut yang lebih luas ketimbang daratan, memang diperlukan konsep serta kajian tepat. Karakteristik serta geografis wilayah, diletakkan pada tempatnya. Keunggulan kompetitif dari masing-masing daerah mesti didorong untuk saling bersinergi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kawasan. Satu wilayah dengan wilayah yang lain, tidak bisa saling mensubstitusi (saling menghilangkan), tetapi mutlak berkomplementer (saling membutuhkan).

Dalam konteks ini, Batam yang sejak awal di-set menjadi kawasan khusus, telah mengejawantahkan konsep pembangunan kota yang tidak ‘rakus fungsi.’ Skenario pembangunannya mendasarkan diri kepada teori trickle down efect. Yakni pengembangan kawasan Batam-Rempang-Galang, akan mengimbas ke kawasan atau wilayah lain. Hal ini sesuai benar dengan visi Barelang yakni menjadi salah satu lokomotif pembangunan nasional yang memberikan manfaat kesejahteraan bagi kawasan di sekitarnya, serta merupakan pusat pertumbuhan ekonomi regional.

Visi Batam 2030

Visi menjadikan Batam sebagai bandar (kota) dunia madani sejatinya sebuah cita-cita yang bermartabat sekaligus mulia. Namun perlu digarisbawahi bahwa menuju Batam menjadi suatu bandar madani hendaknya tidak berangkat dari sikap latah, sekedar mencontoh kota-kota lain di luar negeri.

Secara fakta, jarang modernisasi yang sejalan dengan madani. Yang sangat mungkin diwujudkan adalah bagaimana menciptakan Batam sebagai kota yang nyaman untuk semua orang. Ruang publik, sarana transportasi untuk mobilitas penduduknya tersedia lengkap dan memadai, pemukiman serta tempat ibadah tertata rapi, keamanan terjaga, dll.

Visi Batam 2030 merupakan sesuatu hal urgen yang harus segera diformulasikan bersama oleh para stake holder. Apalagi Materplan Batam 25 tahun yang pertama yang disusun Otorita Batam tahun 1978, telah berakhir sejak tahun 2004 lalu. Masterplan Batam jilid II itu kelak akan bernilai strategis dan menentukan arah pembangunan Batam untuk jangka waktu 25 tahun mendatang.

Akan hal itu, BJ Habibie sebagai Ketua Otorita Batam periode 1978-1998, menjabarkan pemikiran bahwa visi Batam di masa depan Batam, tidak hanya bertumpu pada penguatan industri, perdagangan, alih kapal serta pariwisata. Lebih dari itu, Batam juga harus menjadi pusat keunggulan perbankan, kesehatan, pengangkutan kapal kontainer, perbaikan kapal laut dan pesawat terbang termasuk outsourcing nasional dan global.

Dengan memperhatikan tren pertumbuhan seperti sekarang ini, banyak indikator yang dapat dijadikan acuan dalam menyusun Visi Batam 2030. Satu di antaranya adalah mengenai penduduk. Pada awal pengembangan Batam, Otorita Batam memprediksi penduduk Batam pada tahun 2004 berkisar 700.000 jiwa. Ternyata, menginjak tahun 2004, jumlah itu mendekati kebenaran. Bagaimana dengan tahun 2020, 2025 atau 2030?

Banyak teori yang dapat dijadikan acuan untuk memproyeksi pertumbuhan penduduk tersebut. Tapi biarlah para ahli demografi yang menghitungnya lebih teliti. Bagi masyarakat awam, cukup kiranya dengan berandai-andai yakni dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 5% saja per tahun, penduduk Batam pada tahun 2030 akan menyentuh angka 2 hingga 2,5 juta jiwa. Setara dengan jumlah penduduk Singapura (pada akhir abad 20) atau akhir tahun 1990-an. Jumlah yang cukup besar untuk ukuran wilayah yang hanya sebesar Pulau Batam ini. Ini artinya, kelak Batam bakal menjadi kota ‘pulau’ terbesar di tanah air.

Tingginya jumlah penduduk Batam tersebut, suka tidak suka menghadapkan Batam pada berbagai persoalan yang menuntut antisipasi sejak dini. Satu di antaranya adalah pemukiman. Dengan penduduk yang menyentuh angka dua juta jiwa, pemukiman menjadi persoalan yang pelik. Itu lantaran lahan yang dimiliki Batam sangat terbatas.

Akan hal ini, sejak awal Otorita Batam bersama Pemerintah Kota telah menggagas serta mendorong para pengusaha untuk mengembangkan kawasan pemukiman dengan konsep vertikal. Berbagai insentif telah diberikan seperti pengurangan tarif UWTO terhadap lahan yang akan dibangun. Namun upaya ini belum dapat teraplikasi maksimal karena kalangan pengusaha menganggap secara bisnis, membangun pemukiman vertikal kurang menguntungkan. Akibatnya bisa ditebak, konsentrasi mereka lebih tersedot untuk membangun pemukiman berkonsep horizontal.

Dilema lain yang muncul akibat tingginya jumlah penduduk adalah kemacetan lalu lintas. Oleh karenanya, sejak sekarang, para pengambil kebijakan harus segera menyusun grand design sarana dan prasarana transportasi Batam. Untuk jangka pendek, kemacetan di berbagai titik dapat diatasi dengan perluasan areal jalan, pembangunan under pass hingga flyover. Namun solusi itu harus dibarengi dengan penerapan kebijakan yang ‘berani.’ Seperti penghentian kebijakan untuk mendatangkan kendaraan bekas, perlindungan/pembatasan terhadap ijin trayek hingga larangan operasi bagi taksi plat hitam.

Pembangunan under pass di Pelita yang membelah jalur Seraya-Baloi atau sebaliknya ini, telah dirancang sejak lama dan merupakan bagian dari rencana jangka panjang Otorita Batam. Mulai dioperasikan sejak akhir tahun 2007, under pass Pelita dibangun sebagai jawaban untuk mengatasi penumpukan kendaraan di jalur Pelita menuju ke Seipanas atau sebaliknya. Untuk masa mendatang, masih diperlukan lagi beberapa under pass bahkan fly over antara lain di Simpang BNI (underpass) serta fly over di Simpang Baloi.
  
Penambahan areal jalan arteri juga telah dilakukan Otorita Batam dengan membangun jalan pesisir pantai yang menghubungkan Bengkong-Batam Center- Bandara. Jalur ini kini tengah dalam tahap pembangunan dan diperkirakan selesai dalam beberapa tahun ke depan. Bila rampung, jalur pesisir pantai ini diharapkan dapat mengalihkan penumpukan konsentrasi kendaraan yang selama ini melintas di jalan arteri Nongsa-Batam Center-Bandara.


Sementara itu, di satu sisi, dengan keterbatasan jalan dan sarana transportasi yang memadai, pemerintah Kota bersama dengan Otorita Batam harus sudah mulai mewujudkan pengoperasian mass rapid transit (MRT). Penambahan armada taksi dan bus, seperti yang dilakukan selama ini, pada hakekatnya merupakan solusi yang sifatnya jangka pendek, parsial dan belum mampu menyelesaikan secara tuntas permasalahan transportasi di Batam.

Karena bagaimanapun, kini, MRT atau alat transportasi massal sejenisnya, merupakan jawaban sekaligus solusi terbaik untuk mengatasi masalah transportasi darat. Di banyak negara, sistem tersebut sudah terbukti aplikatif dijalankan.

Sekedar menyontoh, pada tahun 1862, AS melalui Abraham Lincoln, menerbitkan Pacific Railway Act, yang menghubungkan pantai Barat dan Timur sepanjang 1.774 mil. Terbukti, jalur kereta yang dibangun itu hingga kini tetap menjadi sarana transportasi andalan dan secara tidak langsung ikut mendorong pencapaian California menjadi salah satu dari 10 kekuatan ekonomi dunia.

Demikian halnya dengan Belanda. Sesuai dengan kepentingannya, mereka memprioritaskan pembangunan jaringan KA di Pulau Jawa dan menjadikannya sebagai transportasi utama untuk mobilitas barang dan orang. Karena bagaimanapun, kapasitas angkut kereta bisa mencapai 40 hingga 70 ribu orang per arah tiap jam, dibanding bus yang hanya 20 ribu orang.

Sejak tahun 1980-an, Otorita Batam sudah menggagas pembangunan serta pengoperasian MRT di Batam. Dalam perencanaannya, pada tahap awal, bakal dibangun rute Bandara Hang Nadim (Kabil)-Batam Center.
  
Rute ini tidak melewati jalan protokol, namun langsung melewati pesisir pantai hingga tembus ke Batam Center. Meski study-nya sudah dibuat, namun hingga kini, oleh karena berbagai sebab terutama finansial, pengoperasian kereta listrik massal ini belum belum dapat diwujudkan.

Untuk transportasi laut, dalam beberapa tahun, bukan tidak mungkin terjadi perubahan dan penyesuaian posisi Terminal Ferry Batam Center. Pelabuhan internasional ini bisa saja bergeser lokasinya ke tengah laut. Ini diakibatkan oleh aktifitas reklamasi pantai di sekitaran lokasi pelabuhan. Gencarnya reklamasi itu menyebabkan pendangkalan dan penyempitan alur yang selama ini jadi jalur utama lalu-lintas ferry dari dan menuju pelabuhan.

Pergeseran lokasi pelabuhan dan dermaga ini tidak serta merta menghapus fungsi, justru makin menguatkan keberadaan pelabuhan baik dari sisi geografis maupun ekonomis. Karena di lokasi yang baru, selain berfungsi sebagai terminal ferry, di gedung yang sama dapat dibangun pusat bisnis seperti shopping centre, restoran, café hingga tempat hiburan. Apalagi akses dari resor, golf course serta hotel yang tersebar di sepanjang pesisir Nongsa, menuju ke pelabuhan menjadi makin dekat, ditempuh hanya dalam hitungan menit.

Bentuk dan Struktur Kota Masa Depan 

Dengan berbagai pertimbangan seperti diuraikan terdahulu, terutama dilihat dari segi jumlah dan pertumbuhan penduduk dengan berbagai macam kebutuhan pelayanannya, dikaitkan dengan kebutuhan ruang yang makin terbatas, pada akhirnya akan berdampak luas pada bentuk dan struktur kota. Kota pada dasarnya sebuah kota identik dengan organisme hidup, yang bisa tumbuh dan berkembang, sakit bahkan bisa mati. Sakitnya kota antara lain ditandai dengan kemacetan lalu lintas yang parah. Kemacetan lalu lintas ini bisa diibarat manusia yang tersumbat pembuluh darahnya. 

Untuk menghindarkan sakitnya sebuah kota alias hidup di perkotaan yang penuh ketidaknyamanan, perlu beberapa kebijakan yang dirancang sejak dini dengan menyusun Rencana Garis Besar Pengembangan (RGBP) untuk tahun 2030. RGBP ini kelak jadi pedoman dasar pembangunan yang pelaksanaannya dilakukan tahap demi tahap. Elemen-elemen dalam RGBP itu di antaranya mencakup:

- Pemukiman. Untuk menampung atau mengakomodir jumlah penduduk antara 2 hingga 2,5 juta jiwa, kalau dilihat kondisi perumahan di Batam saat ini, maka dapat dipastikan sektor ini akan menyita seluruh lahan yang tersedia. Sehingga ruang ruang terbuka sebagai paru-paru kota, tidak memiliki area yang memadai. Karenanya, satu-satunya jalan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membangun kawasan pemukiman berkonsep vertikal. Pembangunan pemukiman vertical ini tidak bisa ditunda-tunda lagi mengingat pertumbuhan penduduk yang disertai dengan kebutuhan perumahan, makin meningkat dari tahun ke tahunnya. Sementara itu, persoalan pemenuhan kebutuhan ruang dapat dilaksanakan dengan revitalisasi bagian kota, khususnya pemukiman.

- Transportasi dan Sirkulasi. Dengan pola pemilikan kendaraan seperti yang kini dijalankan, maka dapat dibayangkan bahwa transportasi di Batam yang pada tahun 2030 memiliki penduduk 2,5 juta jiwa, akan sangat padat dan ruwet. Pada gilirannya kondisi ini berakibat pada borosnya penggunaan bbm serta waktu yang terbuang percuma oleh penduduk Batam karena kemacetan di jalan raya. Untuk itu pilihan moda angkutan umum masal harus menjadi pilihan utama dengan moda angkutan berkapasitas banyak. Mass Rapid Transit, mungkin belum perlu unsur rapid-nya untuk tahap awal, -karena jarak tempuh antara titik satu dengan lainnya relatif pendek-,. Tapi yang lebih penting adalah bagaimana, dalam sekali waktu, dapat mengangkut penumpang dalam jumlah banyak. Dengan mass transport ini juga, kita bisa mem-by pass pelebaran jalan, maupun membangun fly over dan underpass.

Untuk sirkulasi, sebagai cara perpindahan dari satu tempat ke empat lain yang relatif sangat pendek, semisal dari rumah ke sekolah atau ke tempat bekerja, seyogyanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau sepeda.

Tapi ini tentunya harus didukung dengan fasilitas yang nyaman untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Seperti tersedianya pedestrian yang lapang dan nyaman dengan pohon pelindung dan peneduh serta tersedianya bicycle path atau jalur khusus sepeda. Ataupun pedestrian yang membuat orang nyaman bergerak dari satu gedung ke gedung lainnya.

Khusus pedestrian ini, dalam beberapa dekade, terus menjadi perhatian bagi para planner hinggá pemerhati mengenai tata kota. Seperti tulisan Saptono Istiawan yang termaktub dalam Harian Kompas edisi 30 November 2007. Dalam artikelnya bertajuk “ Kapan Kita Perhatikan Pejalan Kaki,” Saptono menyebut bahwa di kota-kota besar di Indonesia, cenderung dibangun seperti bukan untuk pejalan kaki.
  
Ini menimbulkan kesan, semua dana yang ada hanya diperuntukkan bagi kelancaran lalu lintas kendaraan bermotor. “Dalam sistem transportasi suatu kota, yang paling penting ternyata adalah pejalan kaki, sebab setiap permulaan dan akhir pencapaian selalu hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki, awal dan akhir pergerakan dengan berjalan kaki.” Lebih jauh, Saptono mengungkapkan, keberadaan jalur pejalan kaki mencerminkan sikap pemerintah kota yang memberi kemudahan/respek bagi semua warganya tanpa pandang bulu. “ Setidaknya pedestrian itu jelas akan meningkatkan kontak visual bagi sesama warganya.”

Ilustrasi lainnya adalah Kota Bogota di Columbia, sebanyak 30 persen penduduknya yang berjumlah 6,5 juta jiwa, menggunakan sepeda dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kota yang luasnya hampir setengah dari kota Jakarta menyediakan prasarana jalur khusus sepeda sepanjang 350 km. Sedangkam di Amsterdam, Belanda, jalur khusus sepeda yang dikombinasikan dengan jalur trem (sebagai angkutan massalnya), merupakan pilihan yang telah dilakukan sejak awal kotanya dibangun hingga sekarang. Sayangnya di Indonesia, sejalan dengan perkembangan pertumbuhan kota, jalur tersebut malah dihilangkan. Contoh Jogya atau Solo, dulu punya jalur lambat yang dipergunakan khusus untuk sepeda.
  
Energi, sebagai utilitas utama penduduk dalam melaksanakan aktivitasnya perlu menjadi perhatian utama, dengan memilih energi alternatif lain yang terbarukan. Sesuai dengan karakteristik wilayah kepulauan, pengembangan pembangkit tenaga listrik dapat dimulai dengan mengembangkan tenaga surya, gelombang ataupun angin. (Teknologinya sudah digunakan oleh Negara-negara Eropa seperti halnya Wind Mollen, kincir angin). 


Sementara itu, di tanah air sendiri, penggunaan tenaga surya sebagai energi alternatif, sudah diterapkan di beberapa tempat, sebagai jawaban atas krisis minyak bumi yang berbahan baku fosil. Dua di antaranya diaplikasikan di Kelurahan Kameloh Baru, Kecamatan Sabanggu, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Warga di wilayah itu sejak tahun 2007 telah mendapat bantuan gratis pembangkit listrik tenaga surya dari pemerintah.




Di Pantai Parang Rucuk, Gunung Kidul, DIY, warga juga sudah memanfaatkan sel surya dari tenaga matahari sebagai pembangkit listrik. Panel-panel surya itu sudah dipasang warga sejak tahun 2005-(Kompas, 8 Mei 2008).

  
Sedangkan, penataan dan pengelompokkan satuan energi yang berbasis pada small community dapat diefektifkan, terutama untuk pulau-pulau kecil yang sulit dijangkau transportasi. Demikian halnya dengan penerangan umum di jalan, traffic light bisa menggunakan tenaga surya karena daya yang dibutuhkan tidak besar.


Pada akhirnya secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai “Kota Nyaman Masa Depan,” atau Bandar Madani, dapat dirintis dengan mendirikan bangunan vertikal yang didukung oleh sistem angkutan masal (sebagai ciri kota-kota modern di dunia). Madani yang pada hakekatnya cerminan dari kota berbudaya, harus dibangun dengan pendekatan budaya yang saling kait mengkait antara penduduk yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan sirkulasi inter dan intra, dalam suatu neighbourhood (small community) dengan berjalan kaki atau sepeda yang kanan kirinya tersedia taman-taman kota. Ini semua dilakukan untuk mendorong interaksi langsung antar sesama anggota masyarakat. Konsep tersebut, pada dasarnya merupakan pengejawantahan satu tatanan kota menuju apa yang disebut back to nature, seperti yang dicanangkan pakar perncanaan kota masa lalu Ebenezer Howard dengan garden city-nya.

Bagian Empat: Menutup Karir Birokrat di Pemprov Kepri

   
 

Menjadi Kepala Bapedalda

Tahun 2005, menjadi catatan tersendiri bagi perjalanan karirnya sebagai pegawai negeri sipil, dengan diangkat sebagai Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) Provinsi Kepulauan Riau. Pasca terpilihnya Drs Ismeth Abdullah menjadi Gubernur Kepulauan Riau, Joki yang saat itu masih berdinas di Otorita Batam, masuk dalam jajaran ‘kabinet’ Ismeth Abdullah, bersama sejumlah pejabat Otorita Batam lainnya.

Bersama dengan koleganya di Otorita Batam dan pejabat lain dari Pemko Batam dan instansi lain, dirinya masuk dalam struktur SOT Pemprov Kepri yang penetapannya dilakukan pada 24 Oktober 2005.
  
Pengangkatannya sebagai Kepala Bapedalda ini, pada awalnya menuai kontroversi. Ini dilatar belakangi oleh karena statusnya yang dianggap publik sudah non aktif sebagai pegawai negeri sipil, lantaran ikut dalam kancah pemilihan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada Pemilu 2004 sewaktu masih berdinas di Otorita Batam. Selain itu, pengangkatannya dikritik sejumlah pihak karena dianggap sebagai bentuk ‘balas jasa’ atas andilnya membantu Ismeth Abdullah yang nota bene mantan pimpinannya di Otorita Batam, menjadi gubernur definitif.


Akan berbagai kritik serta anggapan miring tersebut, Joki memilih bersikap tenang. Tapi justru menjawab kritik dengan fokus serta bersungguh-sungguh bekerja. Pasca dilantik resmi sebagai Kepala Bapedalda pada 19 Desember 2005, langsung mengorganisir manajemen internal Bapedalda yang pada pembentukan awalnya, hanya memiliki tujuh staf yang terdiri empat PNS, yakni dirinya sendiri, Ir. Zulfakar, Ir Suryani, Afrenal dan tiga pegawai tidak tetap yaitu M. Ridwan, Muhammad Zikrirullah dan Reza Chandra, SE.

Menyusun Renstra Bapedalda

Sebagai Kepala Bapedalda, dalam menjalankan pekerjaannya, Joki berpedoman pada tugas pokok dan fungsi Bapedalda yang tidak lain adalah membantu gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintah Provinsi Kepri, yakni melakukan perumusan teknik dan pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah di bidang pengendalian dampak lingkungan hidup. Ia langsung menyiapkan software dan hardware, baik peralatan kantor maupun penyusunan peraturan/tata kerja yang dituangkan dalam rencana strategis Bapeldalda. Diawali dengan pencanangan visi yakni keberadaan Bapedalda tidak lain adalah untuk “mewujudkan Provinsi Kepulauan Riau sebagai daerah hunian yang nyaman untuk berinvestasi dan bermukim.” Sementara misinya; mendorong terciptanya lingkungan kerja dan usaha yang bersih, aman dan nyaman, meningkatkan kualitas lingkungan hidup laut dan pesisir beserta sumber daya lainnya, meningkatkan peran serta institusi pengelolaan lingkungan hidup serta lembaga swadaya masyarakat dalam hal pengendalian dan penegakkan hukum.

Guna menunjang pencapaian visi dan misi tersebut, semasa kepemimpinannya di Bapedalda, penambahan jumlah pegawai menjadi sebanyak 30 orang terdiri dari jabatan struktural definitif sebanyak delapan orang, pejabat pelaksana tugas lima orang, PNS 14 orang, CPNS tujuh orang dan jumlah PTT sebanyak sembilan orang, dilakukannya. Jumlah itu sebenarnya belumlah cukup bila melihat tingginya aktifitas administrasi dan operasional Bapedalda. Masih diperlukan lagi 51 personel untuk mengisi kekosongan jabatan. Di antaranya, tiga orang Eselon IV golongan III/c dan III/b, 29 orang untuk golongan III/a, 14 orang untuk golongan II/c, tiga orang golongan II/a dan dua orang golongan I/c.

Untuk memaksimalisasi pelayanan Bapedalda, setelah membentuk serta mengisi personil SOT, Joki aktif mendorong para pegawai untuk meningkatkan kompetensi dan pengalaman dengan mengikuti berbagai kursus, seminar dan bimbingan teknis sesuai bidang yang digeluti. Seperti diklat konservasi keanekaragaman hayati, pelatihan pengelolaan limbah B3, kursus penilai AMDAL, seminar ekolabel dll.

Sementara kegiatan berkenaan dengan lingkungan hidup, yang langsung melibatkan masyarakat, sudah cukup banyak yang dilakukan.



Di antaranya berupa peringatan dan pameran hari lingkungan hidup. Program ini dilaksanakan dengan wujud penanaman pohon di berbagai lokasi di Kota Tanjungpinang. Sedangkan pameran, Bapedalda ikut andil dalam pameran bersempena Hari Lingkungan Hidup yang digelar di Jakarta pada 15 hingga 18 Juni, sedangkan di Tanjungpinang dilakukan penanaman pohon di lingkungan sekolah, tempat peribadatan dan perkantoran.


Pembinaan dan penanganan kasus pencemaran lingkungan hidup juga menjadi agenda rutin Bapedalda semasa kepemimpinannya. Lainnya, berupa kegiatan monitoring kerusakan lingkungan hidup, pelatihan pengelolaan limbah, Rakernis pengelolaan lingkungan hidup, monitoring dan bimbingan menuju kota bersih dan hijau, pelaksanaan program SUPER dan PROPER dll. Seluruh aktifitas itu, hampir seluruhnya telah dilakukan di semua kabupaten dan kota yang ada di Kepulauan Riau.

Kegiatan-kegiatan lain yang sudah dijalankan adalah berupa penyusunan Ranperda Lingkungan Hidup, Pengkajian dan Studi Air Limbah (tinja) di Pulau Bintan, Pengkajian dan Studi Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Pembuatan Database Lingkungan Hidup, Pembuatan Buku Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD), Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Lingkungan Hidup, Studi AMDAL Kawasan Perkantoran Pemerintah Provinsi Kepri, Studi Kelayakan Pembangunan Pengolahan Limbah B3, Pembentukan Tim Studi Penanganan, Pencegahan dan Penanggulangan Tumpahan Minyak hingga Pembentukan Laboratorium Bapedalda.

Sejak tahun 2006, di bawah kepemimpinannya, Bapedalda telah menyusun program jangka panjang terkait dengan lingkungan hidup di Kepulauan Riau hingga tahun 2010. Di mana dalam proses pelaksanaannya, dilakukan berkesinambungan dan bersinergis dengan kegiatan kabupaten dan kota yakni berupa program reguler, program KLH dan program inti yang di antaranya adalah: Program Laut Biru, yang intinya berupa upaya pengendalian dan pencegahan pencemaran lingkungan laut sebagaimana sering terjadi di perairan Kepri seperti pencemaran tumpahan minyak serta kerusakan ekosistem pesisir laut.
  
Program Laut Biru

Program Laut Biru ini dilandasi oleh pemikiran bahwa wilayah Kepri, 95%-nya merupakan lautan. Dengan wilayah perairan yang demikian luas, perairan Kepri rawan akan pencemaran laut. Padatnya arus lalu lintas operasional kapal-kapal di Selat malaka, sangat berpotensi terjadi tabrakan kapal tanker seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu di perairan Belakangpadang.
 Sebagaimana diketahui, dampak tumpahan minyak ke laut, akan merugikan masyarakat di sekitar perairan tersebut. Sepanjang daerah yang ditumpahi minyak, akan terkontaminasi seperti tergambar di bawah ini:

Dampak Dari Dua Kecelakaan Kapal Tanker Di Perairan Batam




Pada kecelakaan Kapal Natuna Sea tersebut, masyarakat Kepulauan Riau banyak dirugikan dari segi panggantian akibat pencemaran yang ditimbulkan.

Karena pada saat terjadi tumpahan minyak, kita tidak memiliki peralatan yang memadai dalam upaya melakukan pencegahan pencemaran. Sehingga kita dikategorikan tidak melakukan apa-apa. Akibatnya, kita tidak layak mendapatkan penggantian. Kondisi ini berbeda dengan Singapura dan Malaysia yang telah memiliki peralatan dan sarana lengkap serta badan yang khusus menangani penanggulangan tumpahan minyak. Oleh karenanya, di masa depan, Pemerintah Provinsi Kepri urgen membentuk badan seperti yang telah dilakukan kedua negara tetangga tersebut.

Secara sederhana kelengkapan peralatan badan penanggulangan tumpahan minyak ini dapat dilihat pada gambar berikut:

 Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup

Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup juga menjadi program yang tak luput dari pencanangan Bapedalda untuk dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui kegiatan pengendalian, pengawasan, pembinaan dan pemulihan.

Bapedalda juga menyiapkan perangkat penetapan kebijakan seperti Perda tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, penetapan pedoman teknis penyusunan dokumen lingkungan hidup hingga penetapan baku mutu lingkungan. Selanjutnya, program yang tak kalah penting dicanangkan adalah berupa peningkatan sumber daya manusia dan pendayagunaan aparatur negara, program kemitraan strategis sampai pada program pembinaan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan lingkungan hidup.


Beberapa hal penting yang menjadi prioritas selama memimpin Bapedalda, disusun beberapa program unggulan di antaranya: berazam melakukan penanganan pengolahan limbah secara terpadu baik domestik, klinikal dan B3. Sementara ini pengolahan dan pemusnahan limbah B3 dilakukan di Pulau Jawa. Sehingga selain menjadikan ongkos transportasi yang mahal juga kekhawatiran limbah B3 tidak sampai ke tujuan. Oleh karenanya,pengelolaan limbah harus diupayakan dikelola sendiri yang dampaknya juga dapat meningkatkan pendapatan daerah.

  

  
     



















Penandatanganan MOU Dengan UEM Disaksikan Wagub Kepri HM Sani






Peninjauan Kerja Ke Kilang Pengolahan Limbah Terpadu Di Malaysia, Bersama Dengan Ketua DPRD Kepri Ir Nur Syafriadi Serta Wagub Kepri HM Sani.




Sementara itu, pada program pertamanya berupa penyusunan studi kelayakan, mendapat respon positif dari perusahaan ternama di Malaysia yakni (UEM). Perusahaan dari negeri jiran tersebut bersedia membiayai penyusunan FS tadi, sehingga Bapedalda bisa saving dari sisi anggaran. Namun program ini ini belum sempat terealisasi dan hingga kini belum menunjukkan progres yang positif.


Dari berbagai program jangka panjang tersebut, sebagian di antaranya telah dijalankan. Sedangkan beberapa di antaranya, belum sempat dilakukan mengingat pada akhir September 2006, dirinya sudah tidak lagi menjabat sebagai Kepala Bapedalda.

Pada Pelantikan Pejabat Eselon II dan III di lingkungan Pemprov Kepri, namanya termasuk dalam salah satu pejabat yang dipurnatugaskan bersama sejumlah pejabat lain yang juga diganti atau direposisi berdasar susunan perangkat daerah Provinsi Kepri yang baru. Selanjutnya, jabatan barunya adalah sebagai staf ahli gubernur bidang perencanaan.

Selama memimpin Bapedalda, Joki dikenal para bawahan sebagai sosok yang ulet serta berdisiplin. Terjun langsung memonitor dan mengecek aktifitas timnya di lapangan, sudah menjadi hal rutin yang dilakukannya.



Bersama KLH, Kapolda, Mabes POLRI Melakukan Monitoring Ke Pulau Sebaik.



Uji Emisi Kendaraan Roda Empat.
Dari catatan yang ada, Joki terlibat aktif dan memimpin langsung kegiatan-kegiatan yang digelar Bapedalda seperti Monitoring ke Pulau Moro, Karimun bersama dengan Tim POLDA Kepri, Monitoring Lingkungan di Lingga, Pelaksanaan Uji Emisi Kendaraan Roda Empat, Monitoring Kawasan Perairan Sekupang, Tanjunguncang, Batam, Monitoring di Kawasan TPA Telaga Punggur, dll. Ia juga kerap mendampingi gubernur atau wakil gubernur untuk kegiatan kunjungan kerja ke luar negeri seperti Malaysia, Thailand, terutama yang berkenaan dengan tema kunjungan untuk bidang lingkungan hidup.







Menerima Penghargaan Atas Pengabdian Selama 20 Tahun Sebagai PNS.







Di penghujung karirnya sebagai pejabat yang menduduki jabatan struktural, Pemerintah RI menganugerahinya piagam penghargaan atas dedikasi serta pengabdiannya selama 20 tahun menjadi PNS. Sebenarnya, bila dihitung, masa kerjanya di pemerintahan telah dilakukan sejak tahun 1978, persisnya sejak masuk menjadi pegawai Otorita Batam. Namun, status PNS-nya sendiri baru diperoleh delapan tahun kemudian yakni pada tahun 1986.